Perayaan Cap Go Meh merupakan manifestasi dari akulturasi budaya yang ada di Cirebon. Sejarah telah mencatat bahwa Cirebon adalah tempat bertemunya 3 peradaban yakni Cina, India dan Arab. Dan Cap gomeh sudah menjadi bagian dari perkembangan seni dan budaya dicirebon.
Hal tersebut di ungkapkan oleh Ketua DPRD Kota Cirebon Edi Suripno, S.IP, M.Si usai menghadiri Kirab Budaya Cap Gomeh 2570 di Wihara Dewi Welas Asih, Kota Cirebon pada Selasa (19/2).
“Cap gomeh ini merupakan salah satu manifestasi dari akulturasi budaya yang ada di Cirebon. Dan kita patut berbangga bahwa cirebon menjadi tempat bertemunya budaya-budaya besar didunia.” ujar Edi.
Edi pun mengatakan, bahwa perayaan Cap Gomeh menjadi salah satu potensi wisata yang dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang akan datang ke Kota Cirebon.
“Ini sudah masuk ke kalender wisata tahunan Kota cirebon. Dan kedepannya, Kita tinggal bagaimana memperbaiki dari sisi pengaturan iring-iringanya supaya bisa lebih meriah dan dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat kota Cirebon.” Imbuh Edi.
Dalam Kirab Budaya Cap Gomeh 2570 ini diikuti oleh 15 Tandu atau Joli. Dari jumlah tersebut sebanyak 6 tandu milik Wihara Dewi Welas Asih dan 9 lainnya berasal dari wihara atau klenteng yang ada di wilayah Cirebon.
Iring-iringan Kirab budaya Cap Gomeh dilepas langsung oleh Walikota Cirebon Drs. H. Nasrudin Azis, SH didampingi Wakil Walikota Dra. Hj. Eti Herawati.
Budayawan Tionghoa, Ian Siskarteja, mengungkapkan bahwa ada peningkatan jumlah joli yang ikut dalam kirab budaya Cap Go Meh dibandingkan tahun lalu. “bertambah dari tahun kemarin yang hanya 14 joli,” ungkap Iyan.
Selanjutnya di tahun babi kayu ini, Iyan berharap Kota Cirebon dan seluruh warganya bisa lebih makmur, sejahtera dan damai. “Karena babi kayu ini simbol kemakmuran,” ungkap Iyan.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kota Cirebon yang turut hadir dalam acara ini, Harry Saputra Gani menyampaikan bahwa Cap Go Meh, memberikan sebuah pesan toleransi dan persatuan dalam keberagaman.
Menurutnya, keberagaman yang ditunjukkan oleh parade kebudayaan maupun masyarakat yang menghadiri Cap Go Meh ini menunjukkan bahwa Cirebon terdiri dari multi etnis.
“Masyarakat harus saling menjaga dan menghormati latar belakang yang berbeda-beda. Agar persatuan bangsa tetap terpelihara dengan baik,” ujarnya.
Menurut Harry, pelibatan berbagai macam budaya itu untuk menunjukkan kondusifitas Kota Cirebon di tengah keberagaman budaya, dan agama.
Ia menegaskan, lewat perpaduan itu, Cirebon juga ingin mengirim pesan secara universal kepada masyarakat. “Keberagaman tetap harus jadi perhatian dan perbedaan jangan jadi sumber permusuhan,” pesannya.